"Salak & Upil"

Ada penjual salak yang kebetulan madura. Seorang ibu yang OKB dan berdandan menor mencoba menawar.
Ibu OKB : Cak, salaknya sekilo berapa?
Cak Salak: Dua rebu Bu'. Ni salak istimewa.
Ibu OKB : Salak "seupil-upil" begini kok duaribu. Lima ratus Cak?
Cak Salak merasa tersinggung dengan penawaran yang terlalu "miring" tersebut kemudian dengan spontan menjawab "Lha daripada sampeyan, upilnya sak salak-salak!".


PABRIK ES......

Pada suatu hari Bapak Presiden X akan meresmikan suatu pabrik baru..yaitu pabrik konstruksi baja. Adalah suatu kebiasaan dipemerintahan tsb ...bahwa untuk setiap acara Bapak Presiden X selalu didampingi oleh ajudan, menteri2, dstnya.Diluar kebiasaan, beliau menyampaikan kata sambutan untuk pembukaan pabrik tersebut tanpa text. Setelah pidato panjang lebar...sampai suatu saat beliau meyampaikan : "dengan ini, saya meresmikan pabrik KONTRUKSI BAJA "..... Saat itu juga sang ajudan membisikkan sesuatu ke telinga Bp. Presiden X...Pak kurang S (maksudnya konstruksi bukan kontruksi).... maka langsung Bp. Presiden X mengulang kata2nya menjadi " dengan ini saya meresmikan pabrik KONSTRUKSI BAJA dan PABRIK ES".... (ech..rupanya Bp. Presiden salah mengerti maksud dari sang ajudan..!!) Langsung aja semua gelagapan..untuk membuat pabrik es yang belum ada ujudnya itu..!


PENDEKAR TUKANG SUNAT

Di Indonesia tercinta ini banyak sekali aliran ilmu beladiri, baik yang impor seperti karete, eh, maksud saya karate, yudo, wushu, taekwondo, yuyitsu, dll.dll dan yang "asli" dalam negri. Saya bikin quote-unquote, karena sebagian dari produksi dalam negri ini sebenarnya juga impor dari Siawlimpay (shaolin), Butongpay dan pay-pay yang lain (selengkapnya baca buku Kho Ping Ho, dah). Nah, untuk menjaga kelestarian ilmu beladiri dalam negri sambil membendung pengaruh dari luar, maka diadakanlah sarasehan para pendekar, sambil menunjukkan kelebihan ilmu masing-masing. Maksudnya untuk sambil memperkaya ilmu para pendekar itu.
Syahdan, tampillah tiga orang pendekar dari Makassar, Aceh dan Madura keatas panggung untuk saling tunjuk kebolehan. Disediakan beberapa ekor lalat untuk dijadikan sasaran senjata mereka. Giliran pertama jatuh kependekar dari Makassar. Dicabutnya badik dan setelah pasang konsentrasi penuh ia beri isarat ke penjaga lalat untuk melepaskan lalatnya. Begitu lalat dilepas, disabetnya dengan senjatanya, dan.. sang lalat yang malang terbelah dua dan jatuh kebumi. Pendekar-pendekar lain yang menonton kelihayan ini serentak bersorak riuh memuji.
Giliran kedua majulah pendekar Aceh. Pembawaannya tenang menghanyutkan, tangannya tergantung lepas disamping badan, kakinya agak renggang membentuk kuda-kuda yang memungkinkannya bergerak cepat. Begitu lalat dilepas, berkelebatlah keluar dari sarangnya si bongkok dari Aceh, alias rencong, menuju koordinat sang lalat yang terbang lintang pukang. Penontonpun menahan napas, dan begitu gerakan sang pendekar Aceh berhenti, ternyata sang lalat sudah menempel, tertusuk diujung rencong. Riuh rendahlah sambutan para penonton yang menyaksikan kehebatan ini. Giliran terakhir pendekar Madura. Dibukanya selubung senjatanya yang khas, clurit bulu ayam (dibuat dari baja asli, dinamakan bulu ayam karena bentuknya yang melengkung setengah penuh). Dimiringkannya badannya, sehingga juru pegang lalat ada disampingnya. Tangan kirinya lurus kesamping dengan telapak tangan menghadap keatas. Dia bilang, ini adalah jurus minta hujan dimusim kemarau. Tangan kanan yang memegang clurit tepat dihadapan selangkangannya, ujungnya siap meluncur kesamping, diarah lalat mau terbang. Begitu lalat dilepas, sang pendekar menyabet kekanan, persis seperti polisi lalu lintas yang menyuruh mobil dari kiri supaya cepat jalannya, dikala lampu lalu lintas macet. Apa yang terjadi? Lalat yang disabet ternyata terbang lebih cepat lagi, dan lari sampai nggak keliatan lagi titik hitamnya. Penontonpun bengong... Sunyi senyap, sampai sang pendekar dengan tenangnya berkata : "Bapak ibu sekalian, sengaja saya tidak membunuh lalat yang malang itu, kasihan dia masih lajang. Saya cuma sunat aja dia...."


Raja Syah Alam.

Pada jaman dahulu hiduplah seorang raja yang amat berkuasa,namanya raja Syah Alam, banyak negara yang menjadi taklukannya.
Dan setiap tahun tepat hari ulang tahun sang baginda seluruh raja taklukan datang untuk membayar upeti kepada sang raja atau hadiah ulang tahun beliau. Diantara raja-raja tersebut ada tiga raja yang miskin,yaitu raja duku,raja rambutan dan raja durian. Nama raja tersebut sesuai dengan penghasilan dari negara masing - masing. Tepat pada hari ulang raja Syah Alam berangkatlah ketiga raja tersebut membawa hasil negaranya yaitu duku,rambutan dan durian. Sesampainya dikerajaan Syah Alam majulah raja duku untuk mempersembahkan buah duku hasil dari negaranya{maklum raja melarat}.
Melihat persembahan dari raja duku murkalah sang raja dan raja berkata"untuk apa kamu jauh - jauh kemari cuma menyumbang buah duku !!! Maka raja Syah Alam memerintahkan prajuritnya untuk menghukum raja dukutersebut. Sabda beliau:"hei.......prajurit masukan duku itu kedalam pantat raja duku. Maka dengan paksa dimasukkanlah duku tersebut kepantat raja duku. Karena kesakitan raja dukupun berteriak - teriak "aduh...aduh ampun paduka !!!!!! sakit....sakit......sakitttt..haaaaa......haaaaa............................. semua yang hadirpun terheran -heran termasuk raja Syah Alam,kenapa habis berteriak teriak kesakitan raja duku kok tertawa terbahak bahak. Setelah raja duku berhenti tertawa bertanyalah sang raja Syah Alam. "Hei !!! raja duku kenapa engkau setelah berteriak - teriak kesakitan terus tertawa terbahak -bahak???????????????. Dengan takut - takut raja duku menjawab "dimasukin buah duku saja begini sakitnya apalagi teman saya si Raja rambutan lebih - lebih raja durian......bayangkan......


Bekal

Tiga orang kuli bangunan sedang bekerja di lantai 35 disuatu gedung bertingkat di Jakarta. Pada saat makan siang mereka mulai membuka bekalnya masing-masing.
Kardiman: "Gile beneer, tempe lagi - tempe lagi...bosen aku. Kalau besok masih disangoni tempe lagi, aku mau loncat dari lantai ini ".
Liem Ban Pit : "Haiya...lagi-lagi Capcai, tiap hali capcai tiap hali capai bosen laa....., kalau besok pagi isteli owe kasih capcai lagi, owe juga mau loncat saja dari gedung ini".
Ucok : "Anjing betul bah, masak babi panggang lagi hari ini. Kalau besok masih panggang juga....aku juga mau loncat dari gedung ini bah."
Maka begitulah besok harinya, saat makan siang mereka duduk bertiga dan mulai membuka bekalnya. Kardiman dapat bekal tempe lagi...dan meloncatlah dia kebawah, modar. Begitu pula si Ban Pit, dapat capcai lagi...loncat kebawah,..ko'it. Si Ucok buka bekal, babi panggang lagi..loncat, mampus.
Untuk menghormati persahabatan mereka, ketiganya dimakamkan di tempat pemakaman yang sama. Isteri Kardiman tersedu-sedu katanya.." oalah mas kok nggak bilang-bilang kalau sudah bosen tempe,...coba mas Kardiman bilang, pasti kumasakin ayam goreng mas..". Isteri si Ban Pit juga merintih " aduh Koh..coba engkoh bilang sudah bosen capcai, pasti owe masakin fuyung hai, dan engkoh tidak mati".
Tapi tiba giliran si Butet isteri Ucok, dia melotot "Jangan lihatin aku bah...bang Ucok selalu beli makanan sendiri sebelum berangkat kerja"


I am Sorry.....

Untuk menunjukkan kekuatan dan kehebatan negara masing-masing, maka antara Orang Amerika, Inggris, dan Israel menguji kemampuan menggunakan panah. Dengan memanah buah apel yang ditaruh diataskepala orang Arab. Orang Amerika diberikan kesempatan pertama dan berhasil membelah buah apel menjadi dua, lalu berteriak: I am RAMBOO!
Selanjutnya, orang Inggrispun berhasil memanah buah apel hingga terbelah menjadi empat tanpa mengenai kepala Si Arab, dengan tak mau kalah iapun berteriak: I am ROBINHOOD!
Giliran terakhir, orang Yahudi dengan santai dilepas anak panahnya dan tepat mengenai "mata si Arab", lalu dengan bersorak penuh kemenangan ia berteriak: I am SORRY! (memang udah dari tadi dincernya mata si Arab itu!)


Sembilan Dinar Saja

Suatu malam seorang ulama Sufi bermimpi bahwa ia sedang menjual seekor kambing yang gemuk.
"Berapa harga kambing ini ?" tanya seorang calon pembeli.
"Dua belas dinar." kata sang sufi.
"Tujuh dinar."
"Tidak boleh."
"Delapan dinar."
"Tidak boleh."
Ketika tawaran mencapai sembilan dinar, sang sufi terbangun dari tidurnya. Ia membuka kelopak matanya dan mengusapnya. Tak seekor kambingpun ia lihat. Pun tak ada calon pembeli. Cepat-cepat ia memejamkan matanya lagi sambil berkata. "Kalau begitu, baiklah, sembilan dinar boleh kamu ambil."